Usaha Batik Cap Kombinasi, Omset Jutaan Perbulan
Usaha kerajinan Batik Cap Kombinasi yang digeluti oleh warga Desa Pakel, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban sejak dua setengah tahun lalu, omset perbulan telah mencapai jutaan rupiah.
Usaha kerajinan Batik Cap Kombinasi yang digeluti oleh warga Desa Pakel, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban sejak dua setengah tahun lalu, omset perbulan telah mencapai jutaan rupiah.
Mendengar kata batik pasti kebanyakan orang akan terarah kepada sebuah keterampilan atau kerajinan yang dihasilkan oleh tangan manusia sehingga mempunyai nilai seni dan ekonomi.
Setiap karya seni atau kebudayaan pasti terkandung sebuah nilai sejarah di dalamnya, seperti halnya sejarah Batik Tenun Gedog yang berada di Kecamatan Kerek.
Batik Gedog Jimbun yang menjadi ikon Desa Ngawon, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban masih terkendala beberapa hal yang klasik dalam hal usaha, seperti halnya pemasaran dan modal.
Siapa sangka Batik Gedog Jimbun yang menjadi ikon batik khas Desa Ngawun, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban ini diprakarsai oleh kelompok jemaah tahlil.
Mendengar nama Batik Gedog, pasti kita akan tertuju pada Kecamatan Kerek. Namun saat ini Desa Ngawun, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban juga mempunyai kerajinan yang membutuhkan ketelatenan tersebut.
Euforia ajang pemilihan duta wisata Raka Raki Provinsi Jawa Timur telas usai. Kendati perwakilan duta wisata Cung Ndhuk Tuban tidak menyabet jawara, ada satu kebanggaan untuk dikisahkan.
Pada sesi presentasi dalam ajang pemilihan duta wisata Raka Raki Jawa Timur, semua perwakilan daerah bakal unjuk potensi wisata asal masing-masing. Perwakilan Ndhuk Tuban tidak terkecuali tengah mempersiapkan materi pada sesi presentasi.
Si jago merah ludeskan sebuah rumah di Desa Sugiharjo Kecamatan Tuban pada Jumat (11/3/16) pagi. Rumah tersebut merupakan milik warga RT2, RW5 Desa Sumurgung Kecamatan Tuban, Munar.
Kejelian memanfaatkan peluang bisnis dan semangat bersungguh-sungguh, meruapakan salah satu modal penting menjalankan sebuah usaha. Seperti yang ditekuni Narko Afandi (32), sepotong kain perca mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Di tangan pria inilah, limbah kain perca berhasil disulap menjadi barang bernilai ekonomis. Tidak hanya itu, usaha kopiah ini pula mengantarkannya meraih penghargaan Santri Preneur pada akhir 2015 lalu.