Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Polemik yang dihadapi Bidang Pariwisata khususnya kepala seksi Kebudayaan, Sumardi dalam berkesenian Tuban yang identik dengan gerak tari dan busana khas, kerap menuai protes. Lantaran garak dan busana yang tidak mencerminkan unsur religi yang digencarkan sebagai program pemerintah saat ini.
Suatu ketika penampilan tari daerah, kata Sumardi mendapatkan kritik lantaran gerak pundak yang seolah menyedorkan dada. Tidak hanya itu, busana tari yang mengenakan kemben sempat dikritik lantaran seolah mengumbar aurat.
"Pernah penari mengenakan dalam lengan penjang pun masih menuai protes. Yang dibilang sama saja tidak berbaju," ungkapnya.
Sumardi menyayangkan sikap yang demikian. Kenapa budaya daerah kerap dihubungkan dengan aurat. Sedangkan setiap gerak dan busana itu memiliki makna sendiri.
"Selain itu ada ritual siraman seniman tayub yang saya kuatirkan bakal dikritik lagi," kata Sumardi kepada blokTuban.com
Siraman yang dilakukan tiap satu tahun sekali ini disebut juga sebagai hari sesuci. Di mana sejumlah ritual dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa untuk meminta keselamatan, kesehtan, kesehatan dan berkah rejeki yang melimpah.
Seperti diketahui, tahun ini pemerintah Kabupaten Tuban menggencarkan program wisata religi. Di mana semakin mengukuhkan Tuban sebagai Bumi Wali brand Kabupaten Tuban saat ini.[dw/ito]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published