Reporter : Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Dikabarkan proyek Kilang Tuban yang dikelola oleh Rosneft Singapore Pte Ltd masih belum jelas. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya menargetkan keputusan investasi akhir atau Final Investment Decision (FID) proyek ini rampung pada November 2024.
PT Pertamina (Persero) masih bekerja sama dengan perusahaan migas asal Rusia tersebut untuk mengerjakan proyek ini. Namun, Bahlil menyatakan bahwa peluang untuk menggandeng investor baru tetap terbuka jika Rosneft tidak dapat memenuhi target.
“Kita tidak boleh membiarkan proyek negara berjalan lambat. Kalau pemegang konsesi tidak berproduksi dalam waktu tertentu, kita bisa buka peluang untuk investor baru,” tegas Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (29/11) dikutip dari berbagai sumber berita.
FID Ditunda, Pilkada Jadi Hambatan
Bahlil mengungkapkan bahwa pembahasan lebih lanjut mengenai FID Kilang Tuban sempat tertunda karena pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Sebagai Menteri ESDM sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil harus menyelesaikan urusan politik tersebut terlebih dahulu.
“Kemarin saya sudah bertemu Direktur Utama Pertamina. Tapi belum sempat mendetailkan, karena baru selesai Pilkada,” ujarnya.
Nilai Investasi dan Target Produksi Kilang Tuban
Proyek Kilang Tuban melibatkan investasi besar dengan nilai mencapai Rp 238,25 triliun atau setara US$ 3,8 miliar. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), anak usaha Pertamina, memiliki kepemilikan saham sebesar 55%, sementara Rosneft menguasai 45% sisanya.
Kilang ini dirancang dengan kapasitas pengolahan 300 ribu barel per hari, menghasilkan hingga 30 juta liter bahan bakar minyak (BBM) per hari, termasuk gasoline dan diesel.
Meskipun telah direncanakan untuk mencapai FID pada kuartal IV-2024, ketidakpastian atas komitmen Rosneft memaksa pemerintah mempertimbangkan langkah strategis lainnya.
Diskusi intensif antara Kementerian ESDM dan Pertamina akan terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan proyek ini.
[Rof/Ali]