Tolak Sistem Upah Rental, Ratusan Buruh Demo PT. UtSG Tuban

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Hari Senin (21/4/2025) pagi, suasana di sekitar PT United Tractors Semen Gresik (UtSG) anak usaha PT. Semen Indonesia (SIG) di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban berbeda dari biasanya. 

Ratusan buruh, yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) , berkumpul menyuarakan tuntutan yakni memastikan masa depan driver JPA tetap terjamin dan manusiawi.

FSPMI datang bukan tanpa alasan. Mereka sudah berusaha membuka ruang dialog dengan pihak manajemen UtSG anak usaha SIG, menyampaikan sejumlah tuntutan penting. 

Intinya sederhana, pekerja harus mendapatkan perlindungan dan kepastian kerja. Driver JPA yang selama ini bekerja keras, tidak boleh dipaksa menerima sistem kerja harian lepas atau sistem rental yang jauh dari kata layak.

Bayangkan saja, kata orator aksi dalam sistem rental ini, tidak ada jaminan upah tetap. Jika armada rusak, tidak ada operasi, atau bahkan saat pekerja sakit, maka mereka tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Upah hanya dihitung per ton—Rp700 per ton, tanpa jaminan minimum.

“Kita menolak sistem yang tidak manusiawi,” tegas salah satu orator aksi, Kacung Eko Yuwono. 

Kacung juga mengungkapkan bahwa dengan sistem borongan seperti itu, driver bisa saja tidak menerima sepeser pun jika terjadi kendala yang bukan kesalahan mereka.

FSPMI tidak tinggal diam. Mereka menuntut agar kontrak kerja untuk driver JPA di masa depan memakai sistem PKWT bulanan, bukan harian lepas. 

Selain itu juga, UtSG anak usaha SIG harus menerapkan standar upah sesuai UMSK (Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota), sebagaimana yang berlaku di kontrak sebelumnya.

"Yang menyakitkan, menurut para buruh, pihak manajemen UtSG terkesan menghindar," imbuh Kacung. 

Setiap ajakan berdiskusi hanya dijawab dengan mengirimkan perwakilan yang tidak punya wewenang mengambil keputusan. Padahal para buruh sudah berunding beberapa kali, mencari solusi yang adil.

"Sudah empat hari mereka bertahan di tenda perjuangan. Ini adalah bentuk peringatan awal. Jika tuntutan ini terus diabaikan, FSPMI berjanji akan menggerakkan seluruh kekuatan buruh di Jawa Timur untuk melumpuhkan operasi UtSG anak usaha SIG," ancamnya. 

Salah satu perwakilan driver JPA, Madekan, menyuarakan kekecewaannya, “Kami warga ring 1, sudah puluhan tahun mengabdi. Tapi malah makin tidak sejahtera, seperti tidak dianggap.”

Perjuangan ini bukan semata soal upah. Ini soal penghargaan terhadap kerja keras, soal keadilan, dan soal masa depan yang lebih manusiawi bagi pekerja.

Aksi unjuk rasa masih berlangsung hingga pukul 10.30 Wib, dan pihak perusahaan UtSG anak usaha SIG belum ada perwakilan yang menemui para buruh khususnya driver JPA. 

 

[Al/Rof]