Skip to main content

Category : Tag: Liter


Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (9)

100 Ledakan di Kaliketek, Hingga Gugurnya Lettu Suyitno

Sekitar tujuh hari sebelum dilakukan penyerbuan ke Bojonegoro, Belanda telah menyiapkan jembatan darurat di Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, tepi Bengawan Solo. Tempat itu juga yang menjadi kontak senjata dengan pasukan Ronggolawe yang bertugas mempertahankan kota. Terbentang Bengawan Solo dengan lebar sungai masih 80 meter saat itu, antara pasukan Ronggolawe dengan Belanda terjadi baku tembak.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (8)

Molor 5 Jam, Jembatan Kaliketek Berhasil Dihancurkan

<em><strong>Untuk menghambat gerak maju pasukan Belanda, salah satunya melewati jembatan Kaliketek, maka pada tanggal 22 Desember 1948 Tentara Genie Pelajar (TGP) mendapat tugas untuk menghancurkan jembatan yang menjadi penghubung antara Kabupaten Bojonegoro dengan Tuban di atas Bengawan Solo.</strong></em>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (6)

Pasukan Elit Tuban yang Paling Dicari Belanda

Tragedi Kepet dan beberapa pertempuran yang ada di desa-desa di sekitar Semanding, Grabagan, dan juga Jenu, bisa jadi masih melekat di ingatan masyarakat. Tempat itu merupakan titik-titik terjadi pertempuran antara pasukan gerilya dengan pasukan Belanda.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (5)

Caluk Pejuang di Pos Belanda Kepet

Selama pasukan Belanda menduduki wilayah Tuban dan Bojonegoro, mereka tidak hanya menggempur, tapi juga digempur pasukan-pasukan gerilya.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (4)

Gempuran Belanda Memburu Pemerintah Tuban

Belanda mulai merangsek ke pusat kota Tuban pada 20 Desember 1948 tanpa perlawanan berarti. Mereka tidak menemukan satu pejabat pentingpun yang masih tinggal. R.E Soeharto dan staf, orang yang terakhir tinggal di kota Tuban pun sudah mundur ke arah selatan, mengatur komandonya dari Desa Prunggahan Wetan, yang bersebelahan dengan Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, tempat Bupati Tuban KH Mustain.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (2)

Pantai Tuban Pintu Gerbang Agresi Militer II

18 Desember 1948 pukul 20.00 WIB, pasukan marinir Belanda mendarat di Pantai Glondonggede Tuban sambil melepaskan tembakan secara membabi buta.

Mbah Sus, Membincang Pram di Tuban

Pegiat literasi di Tuban mendapat momen langka. Soesilo Toer, penulis sekaligus adik dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer datang meluangkan waktu memenuhi undangan komunitas Gerakan Tuban Menulis (GTM) .

Menelaah Kembali Gerakan Sadar Literasi

<br />Belakangan ini banyak bermunculan gerakan-gerakan oleh sekelompok orang yang bertujuan untuk membangkitkan budaya literasi di lingkungannya. Di kota tempat penulis menempuh jenjang perkuliahan, Kota Pahlawan Surabaya, program Surabaya Kota Literasi juga dilancarkan pemerintahnya dengan dibantu mahasiswa-mahasiswi dari beberapa kampus sekitar. Secara langsung gerakan tersebut muncul untuk menyikapi sebuah fakta bahwasannya minat baca dari masyarakat Indonesia sangatlah minim. Hal tersebut penulis yakini sebab kebiasaan membaca tidak dipupuk sejak dini ditambah lagi kini teknologi juga meracuni. Sehingga idiom kutu buku kelak bisa saja menjadi kutu gadget.

Ngamen Literasi, Ajak Masyarakat Sadar Media

Banyaknya media massa di tengah masyarakat mendorong Gerakan Tuban Menulis untuk memberikan edukasi tentang pentingnya literasi media. Cara yang dilakukan oleh komunitas ini cukup unik yakni dengan menggelar kegiatan Ngamen Literasi, Minggu (5/2/2017) di Pujasera Komplek GOR Tuban.

Gerakan Tuban Menulis Bedah Buku Mitos Tambang untuk Kesejahteraan

Kepedulian akan tanah air utamanya di wilayah Tuban seakan berdenging siang ini, Sabtu (7/1/2017). Soal agraria hingga pertambangan baik di tingkat nasional ataupun lokal dikupas tuntas dalam agenda Tadarus Buku karya Hendra Try Ardianto, 'Mitos Tambang untuk Kesejahteraan'