Komisi IV DPRD Tuban Peringatkan Penyedia MBG: Jaga Kualitas, Jangan Ulangi Kelalaian!

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com – Dugaan temuan belatung dalam makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMK Tambakboyo Tuban berbuntut panjang. Ketua Komisi IV DPRD Tuban, Sri Rahayu, mengeluarkan peringatan keras kepada penyedia makanan agar benar-benar menjaga kualitas dan disiplin melaksanakan SOP.

Menurutnya, program MBG adalah langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan gizi peserta didik dan kelompok rentan. Namun jika kualitas makanan diabaikan, program ini justru bisa kehilangan kepercayaan publik dan membahayakan penerima manfaat.

“Ini program baik dari pemerintah. Jangan sampai program yang sudah memberi kemanfaatan menjadi cidera hanya karena kelalaian semata,” tegas Sri Rahayu, Sabtu (19/7/2025).

Wakil rakyat dari Fraksi Partai Golkar itu juga mendorong peningkatan fungsi pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Ia meminta agar SOP yang telah ditetapkan dijalankan secara ketat oleh penyedia MBG, mulai dari proses pemilihan bahan, pengolahan, pengepakan, hingga distribusi makanan ke sekolah.

Tak hanya memberi peringatan, Sri Rahayu memastikan bahwa DPRD melalui Komisi IV akan melakukan kunjungan langsung ke sekolah-sekolah penerima MBG. Langkah ini sebagai bentuk antisipasi agar kasus serupa tidak terulang di titik lain.

“Kami akan turun ke lokasi  sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan MBG. Fungsi pengawasan harus lebih ketat,” imbuhnya.

Ia juga meminta instansi teknis di Pemkab Tuban tidak lepas tangan dan tetap aktif mendampingi jalannya program MBG, khususnya dalam menjaga mutu makanan dan memberikan edukasi ke pihak sekolah.

Sementara di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, Esti Surahmi, menegaskan bahwa temuan itu bukanlah belatung yang muncul dari bahan makanan busuk, melainkan ulat kecil yang berasal dari sayuran mentah—salah satu menu dalam paket MBG hari itu.

“Itu bukan belatung dari daging. Tapi ulat sayur yang hidup dari bahan mentah,” tegas Esti.

Usai kejadian tersebut, Dinkes langsung melakukan pembinaan ke pihak pengelola makanan. Dinas juga meminta agar seluruh proses pemilihan bahan makanan dilakukan lebih cermat, termasuk pengecekan sebelum memasak dan menyajikan ke siswa.

Esti menambahkan, seluruh pihak yang terlibat dalam pengadaan dan distribusi makanan MBG wajib kembali mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan. Aspek kebersihan dan keamanan pangan harus menjadi prioritas utama, termasuk dalam penyimpanan dan pengantaran makanan ke sekolah-sekolah.

“Mohon SOP pengolahan pangan benar-benar diperhatikan. Baik dari aspek gizi, sanitasi, dan keamanannya. Mulai dari mengolah, menyajikan, hingga distribusi,” imbuhnya.

Dinkes Tuban juga mengapresiasi ketelitian siswa yang dengan sigap menemukan dan melaporkan adanya kejanggalan dalam makanan tersebut.

“Itu bagus, anaknya sudah teliti sebelum makan. Memang harus diperhatikan dulu makanannya,” pungkas Esti.

Dengan pembinaan langsung dari dinas dan penguatan SOP di lapangan, diharapkan insiden serupa tidak terulang. Program MBG sendiri merupakan inisiatif nasional untuk memperbaiki gizi anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya.

Dengan sinyal peringatan dari legislatif dan dorongan pengawasan yang lebih ketat, diharapkan pelaksanaan MBG di Tuban ke depan menjadi lebih profesional, higenis, dan memberi dampak positif bagi seluruh peserta didik.[rof/Rul]