Dorong Pariwisata Berkelanjutan, KKN IAINU dan Pemdesa Remen Gelar Seminar Pemberdayaan

Penulis: Nur Laela

blokTuban.com - Dalam rangka mengembangkan potensi wisata dan meningkatkan kesadaran lingkungan di wilayah pesisir, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban bekerja sama dengan Pemerintah Desa Remen menggelar Seminar Pemberdayaan bertajuk “Pariwisata Pantai Berkelanjutan; Inovasi, Pelestarian, dan Pemberdayaan Komunitas Pesisir”, yang dilaksanakan di Balai Desa Remen pada Rabu (23/07/2025).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama, Muhasan selaku perwakilan dari Dinas Pariwisata sekaligus Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Kelapa, serta dihadiri oleh puluhan warga dan para pedagang yang sehari-hari berkegiatan di kawasan wisata.

Antusiasme peserta terlihat dari semangat para pedagang dan warga yang aktif mengikuti jalannya seminar. Momen ini menjadi awal yang penting untuk membangun pariwisata lokal yang tidak hanya mengandalkan keindahan alam, tetapi juga mengedepankan nilai edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan.

Dalam pemaparannya, Muhasan menekankan pentingnya kesadaran kolektif untuk menata ruang wisata secara lebih rapi dan nyaman. Ia menyoroti bahwa penataan kios dan warung yang belum terstruktur di kawasan pantai bisa memberikan kesan awal yang kurang baik bagi wisatawan.

“Ketika pengunjung baru datang, yang mereka lihat pertama kali hanyalah deretan tenda biru yang semrawut. Ini tentu mengurangi kenyamanan. Padahal, kita ingin pengunjung bisa langsung merasakan ketenangan dan keindahan pantai. Maka dari itu, kita perlu berpikir: apa yang bisa kita lakukan agar wisatawan merasa betah?” jelasnya

Ia menambahkan bahwa pengelolaan pariwisata yang baik tidak hanya soal estetika, tetapi juga menyangkut pelayanan, kebersihan, dan keterlibatan aktif komunitas lokal.

Sementara itu, koordinator desa (Kordes) KKN IAINU Tuban, M. Bicharur Rizqi menuturkan, bahwa seminar ini juga menjadi ruang dialog interaktif, di mana warga dan pedagang menyampaikan harapan serta tantangan yang mereka hadapi, seperti pengelolaan sampah, parkir, dan kebutuhan pelatihan usaha. Rizqi juga berharap acara ini menjadi pemantik gerakan kolaboratif dalam membangun citra Pantai Remen yang lebih baik.

“Semoga ini menjadi awal dari gerakan bersama untuk membangun Pantai Remen yang tidak hanya menarik bagi wisatawan, tapi juga membanggakan bagi warganya,” ujar.

Lebih dari sekadar forum diskusi, seminar ini menjadi pengingat bahwa warga membutuhkan sentuhan, kepedulian, dan komitmen dari berbagai pihak. Masyarakat pesisir perlu didampingi, didengarkan, dan dilibatkan secara aktif dalam setiap proses pembangunan—agar mereka tak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga pelaku utama dalam memajukan wilayahnya.

Melalui sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan stakeholder terkait, seminar ini menjadi langkah awal menuju sistem pemberdayaan yang terarah dan berkelanjutan. Kolaborasi ini diharapkan tak berhenti pada diskusi, tetapi berlanjut dalam bentuk aksi nyata: mulai dari pembinaan UMKM, penataan kawasan wisata, hingga pelatihan-pelatihan strategis bagi pelaku usaha lokal.

Dengan komitmen bersama, Pantai Remen berpotensi tumbuh menjadi destinasi wisata yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga kuat dalam nilai edukasi, pelestarian budaya, dan kemandirian ekonomi masyarakatnya.[Nur/Rul]