Ketika Skripsi Menjaga Lingkungan

blokTuban.com - Rambutnya putih. Berjenggot putih lebat tanpa kumis. Ekspresi wajahnya datar dan cenderung serius. Apalagi ketika menjelaskan formulasi pupuk organik, nada bicaranya tegas. Namanya Skripsi.

Pria kelahiran 44 tahun lalu itu sudah berkelana ke berbagai kota. Berganti-ganti pekerjaan. Sempat jadi pengepul sarang burung walet. Pernah menggeluti profesi formulator di perusahaan pupuk, dan beragam pekerjaan lainnya. Dia berhenti ketika merasa sudah cukup menguasai pekerjaannya. 

Pada akhirnya kampung halaman pun memanggil: Desa Rengel, Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban. Sebuah desa yang cukup strategis di perbatasan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Desa Rengel memang sudah lama menjadi pusat perekonomian masyarakat pinggir kabupaten. 

Desa Rengel punya pasar cukup besar, tempat wisata Goa Ngerong yang terkenal, dan menjadi wilayah perlintasan jalan provinsi Jawa Timur. Di sana juga ada jembatan besar yang menghubungkan dua kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Membuat Rengel menjadi tempat masyarakat ramai lalu lalang. Namun keramaian ini memunculkan masalah lingkungan: sampah yang melimpah.

Masalah sampah ini yang memanggil Skripsi menetap di kampung halaman. Sejak tiga tahun lalu, alumni SMK Mojokerto ini mengelola Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Desa Rengel. Dengan keseriusan dan ketelatenannya, pengelolaan TPS Rengel menjadi semakin tertata dan teratur. Mampu mengatasi sampah dan memberi pekerjaan kepada warga sekitar.

“Dulu sampah ditumpuk begitu saja, sekarang kita pilah dan olah,” ujar pria bernama lengkap Skripsi Wiyoto Gaguk Puji Lestari, saat ditemui wartawan di lokasi TPS.

Anehnya, tidak ada bau di lokasi itu. Inilah yang membuat ayah dari dua anak ini betah. Bukan karena tidak baunya, tapi karena hasil eksperimennya berhasil. Sebagai mantan formulator kimia, dia membuat racikan bakteri dan pengurai untuk menghilangkan bau sampah.

Cerita tentang pengelolaan sampah telah menyebar hingga ke Jakarta. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Desa pun tertarik. Beberapa kali tim dari pusat pemerintahan pernah mengunjungi dan berdiskusi dengan Skripsi.

Lebih dari itu, TPS Desa Rengel semakin maju ketika ada dorongan program ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas. Tahun 2023, operator Blok Cepu ini membantu mendirikan bangunan tempat pilah sampah. Hingga berlanjut di tahun 2025 meneruskan peningkatan fasilitas infrastruktur dan penambahan peralatan TPS. Skripsi dan timnya juga mendapat pendampingan dari lembaga mitra program EMCL.

Sampah di Desa Rengel semakin terkelola. Setiap hari TPS menampung tidak kurang dari 28 ton sampah. Semua dipilah dan diolah. Organik digunakan untuk magot dan pupuk, anorganik dijual ke tempat daur ulang sesuai kebutuhan. Dinas Lingkungan Kabupaten Tuban juga turut menampung sebagian sampah yang sudah dipilah.

Untuk mempermudah pemilahan, tiga bulan terakhir ini Skripsi dan kawan-kawan menggulirkan gerakan bank sampah. Dia mengajak masyarakat memilah di rumah. Hasilnya cukup baik. Setidaknya masyarakat bisa menabung lebih dari Rp1 juta setiap bulannya.

TPS Rengel punya pengelolaan uang yang tertib dan rapi. Akuntabilitasnya semakin terjaga karena diawasi oleh BUMDES sebagai induk. Hingga mereka bisa memutar sebagian penghasilannya untuk unit usaha lain. Seperti kolam lele dan magot. 

“Kami ingin semua tentang sampah bisa selesai di sini, organik maupun anorganik,” imbuh Skripsi. 

Meski sudah sering menjadi percontohan, dan dikunjungi banyak orang, Skripsi tidak mau berpuas diri. Dia terus belajar dan bereksperimen. Tak heran jika dia bisa menghasilkan pendapatan tambahan dengan menjual bermacam formula untuk pupuk organik kepada kenalan-kenalannya.

Kepala Desa Rengel, Mundir mengaku bangga dengan pencapaian ini. Pada Mei lalu, dia mendapat kesempatan mempresentasikan tentang pengelolaan TPS di ajang Pameran & Konvensi Indonesia Petroleum Association yang juga dihadiri Presiden Prabowo Subianto.

“Saya mengintegrasikan pengelolaan TPS ini di bawah naungan BUMDES, sehingga semua hasilnya kembali ke masyarakat,” tegas Mundir.

Menurut Kades, bantuan dari EMCL untuk upaya pengelolaan sampah di Desa Rengel telah membawa manfaat positif yang luas. Selain lingkungan lebih bersih, masyarakat terbiasa disiplin, dan tentunya juga ada nilai tambah ekonomi.

Menanggapi keberhasilan ini, External Engagement & Socioeconomic Manager EMCL, Tezhart Elvandiar mengapreasiasi kerjasama warga. Menurutnya, gerakan lingkungan berbasis masyarakat seperti di Desa Rengel dapat ditiru daerah lain. Dukungan Pemerintah Desa Rengel, kata dia, telah memperkuat keberlanjutan pengelolaan sampah di sana.

“Saya melihat cara Desa Rengel mengelola sampah dan berkolaborasi antar elemen masyarakat, semakin memperkuat kemandirian mereka,” ucap Tezhart.

Menurut Tezhart, Desa Rengel merupakan bagian dari wilayah yang dilalui jalur pipa Blok Cepu. Minyak dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris dialirkan melalui 72 km pipa berukuran 20 inci yang dipendam sedalam 1,2 - 2 meter. Pemdes dan masyarakat Rengel telah ikut bermitra dalam menjaga keamanan dan keselamatan jalur pipa yang mengalirkan lebih dari 30% produksi minyak nasional dan menyumbangkan Dana Bagi Hasil Migas yang cukup signifikan.

“Semoga sinergi dan komunikasi yang baik ini bisa memberi manfaat bagi lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya.